Tuesday, February 20, 2024

Kalau Emak Boleh Berharap

Tentang Pentingnya Kebahagiaan Seorang Emak 

Emak-emak adalah golongan penting di tataran kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimanapun negaranya, kapanpun masanya, pasti selalu ada peran besar emak-emak di dalamnya. Baik yang terlihat maupun tersembunyi di belakang layar. 

Menurut beberapa literatur yang saya baca, kebahagiaan keluarga, lebih besar dipengaruhi oleh kebahagiaan seorang emak daripada oleh kebahagiaan seorang bapack. Tentu saja bukan maksud saya mengesampingkan peran bapack-bapack, karena jelas peran bapack-bapack dalam kebahagiaan keluarga tidaklah kecil. But it just happens that way. Suasana hati dan energi emak-emak, baik sebagai individu, isteri, atau orang tua, konon sangat berpengaruh pada kondisi rumah.Seperti saklar lampu yang menentukan gelap terangnya suatu ruangan.

Sepertinya hampir semua orang pasti bisa mengamini hal ini. Ketika emak merasa sedih, lelah, kesal, ataupun marah, suasana rumah langsung terasa rungsing, muram, dan suram. Sebaliknya ketika emak merasa bahagia dan puas pada dirinya, suasana keluarga terasa lebih nyaman dan tenang. 
Happy emak-emak, happy family.

Tentang Hubungan Kebahagiaan Emak dan Kebahagiaan Negara 

Sementara itu, kebahagiaan setiap keluarga sendiri sangat berpengaruh pada kebahagiaan lingkungan/komunitas, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat kebahagiaan suatu negara. Ini beberapa alasannya (dirangkum dari beberapa artikel): 
  1. Keluarga yang bahagia disinyalir lebih produktif karena energinya tersalurkan untuk hal yang bermanfaat. Dengan masyarakat yang produktif negara bisa lebih maju. 
  2. Keluarga yang bahagia juga mengurangi beban masyarakat yang terjadi karena masalah kesehatan mental termasuk frustasi dan stress karena beban hidup. Dua hal ini termasuk salah satu faktor pendorong kriminalitas. Jadi saat semakin banyak keluarga yang tidak frustasi dan stress, negara akan semakin aman. 
  3. Keluarga yang bahagia, biasanya punya hubungan anggota keluarga yang erat satu dengan lainnya, sehingga kondisi keluarga lebih stabil dan kuat secara sosial. Unit “kerja” atau motor penggerak terkecil dari negara sejatinya adalah keluarga. Jadi semakin banyak keluarga dengan kondisi stabil, akan tercipta stabilitas wilayah yang lebih luas. Stabilitas wilayah akan mendorong stabilitas nasional. Negara dengan kondisi sosial yang stabil, jelas lebih mudah mencapai kemajuan. Kapal yang oleng kan susah majunya.
  4. Keluarga yang bahagia, menghasilkan generasi yang kuat. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang bahagia cenderung memiliki peluang yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembang secara positif, yang dapat menghasilkan generasi yang lebih bahagia, produktif, dan berkontribusi pada kemajuan negara.
NAH! Dengan berbagai alasan diatas, tidak ada salahnya bagi para pemimpin negara untuk mulai memikirkan kebahagiaan emak-emak, sebagai salah satu jurus ninja untuk mencapai negara yang bahagia.

Karena percayalah, membahagiakan emak-emak di negara sendiri lebih gampang dan berkah daripada membahagiakan pihak lain. Investor luar contohnya. Eh?

Ingat, doa ibu adalah salah satu yang bisa menembus langit ketujuh dan surga ada di telapak kakinya. Kekuatan tersembunyi negara Indonesia, sebagai bangsa beragama, yang belum tentu dimiliki oleh negara lain. 
Happy family, happy country. 

Hal yang Membuat Emak Bahagia

Kebahagiaan, menurut KBBI adalah kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin); keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin. 

Lalu pertanyaannya, "apa sejatinya yang membuat para emak bahagia?"

Jawaban pertanyaan ini tentu saja bisa beraneka ragam, tergantung dari konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Plus ambisi dari emak yang berharap tersebut. Tapi, secara umum, kebahagiaan emak-emak ada di seputar kesejahteraan keluarga. Ada yang tidak setuju? 

Perkara kesejahteraannya mau hanya keluarga inti atau sampai tujuh turunan, itu sih diserahkan kepada kebijakan masing-masing emak ya. Tapi intinya hampir semua emak-emak bahagia kalau keluarganya sejahtera. 

Sebetulnya kesejahteraan keluarga, tidak melulu hanya diukur oleh banyaknya materi yang dipunya. A life well lived adalah slogan yang lebih tepat menurut saya. Mencapai kepuasaan dan kebahagiaan melalui kehidupan yang punya tujuan dan arti (purposeful living). Tak harus seperti Sultan Andhara untuk punya kehidupan yang punya tujuan dan berarti. Semua orang, apapun kondisi ekonominya, (harusnya) bisa juga. 

Asal sudah bisa memenuhi tingkatan kedua dari diaram kebutuhan Maslow: kebutuhan fisiologi dan kebutuhan akan keamanan. Pemenuhan sebagian besar dari kedua kebutuhan ini seharusnya, adalah kewajiban negara. 

Sumber: www.thoughtco.com 

Kebahagiaan yang Semakin Hilang 

Emak-emak Indonesia, seperti orang Indonesia pada umumnya, sebetulnya gampang dibuat bahagia. Entah karena standar kebahagiaanya memang rendah, sangat positif thinking, atau memang sifat standarnya adalah happy go lucky..

Tapi, kalau lihat kanan kiri sekarang ini sepertinya semakin banyak emak-emak (dan orang-orang) yang frustasi. Bahkan tak jarang sampai kehilangan akal dan melakukan hal-hal nekad. Lihat saja berita-berita kriminal di televisi. Senggol bacok karena hal sepele semakin jamak di negeri ini. 

Pasti ada yang salah dengan negeri ini, kalau sampai semakin banyak rakyatnya yang semakin tidak bahagia. Berkaca pada pengalaman diri sendiri, yang akhir-akhir ini ingin jambak-jambak rambut saat membayar groceries, pantas saja banyak orang yang emosi. Bahkan untuk keluarga dengan tingkat sosio ekonomi menengah (keatas) seperti kami ini, hidup semakin sulit di negeri ini. 

Dengan negara yang cenderung membiarkan rakyatnya untuk survive sendiri, emak-emak sebagai ujung tombak keluarga pasti adalah yang pertama merasakan segala kesulitan tersebut. 

Harga barang-barang melambung tinggi, membuat daya beli semakin menurun. Kualitas kesehatan memburuk karena lingkungan hidup yang semakin tidak kondusif. Adab yang semakin menghilang membuat rasa aman perlahan sirna terganti ketakutan akan perilaku manusia lainnya. Kesejahteraan (dan kebahagiaan) semakin menghilang dari bumi pertiwi.

Banyak emak-emak mulai mencari kebahagiaan semu dari hal-hal yang tak penting. Mungkin untuk sekedar melupakan masalah yang sebenarnya dihadapi. 

Situasi ini, mengkhawatirkan buat saya, karena seperti saya sampaikan diatas, kondisi emak-emak berpengaruh pada kondisi keluarga dan pada akhirnya pada kondisi negara. Tidak ada negara yang baik-baik saja kalau rakyatnya frustasi. Seperti menyetir kelompok zombie yang gentayangan tanpa arti kesana dan kemari untuk menuju arah yang sama. 

Harapan untuk Mencapai Kesejahteraan (Bersama)

Katanya, kita tidak boleh menggantungkan harapan pada manusia. Karena manusia, terntu saja adalah tempatnya salah dan lupa. Tapi sebagai emak-emak yang punya privilese sebagai bagian dari 1% orang Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi di universitas ternama, izinkan saya memberikan saran pada pemimpin Indonesia. 

Siapa tau suatu saat ada yang melihat. Syukur-syukur ada yang bersedia memperjuangkan. Mana tau kan pikiran saya sama dengan elite pimpinan diatas sana. 

So here we go, saran saya kepada pemimpin Indonesia, untuk paling tidak membuat emak-emak bahagia: 
  1. Jaminan universal basic income untuk seluruh keluarga di Indonesia. Karena seperti amanat undang-undang, orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Tak perlu khawatir tak bisa makan kalau tak punya pekerjaan. Dengan perut terisi, paling tidak punya tenaga (dan kewarasan) untuk mencari pekerjaan. 
  2. Emak-Emak (atau Bapack-Bapack) DIGAJI negara untuk menjadi ibu/bapak rumah tangga. Karena stay at home mom/dad is the most underated and underpaid job in the world. Padahal nilai investasinya besar untuk generasi mendatang. 
  3. Pemenuhan basic necessities untuk seluruh keluarga di Indonesia. Saluran air bersih, tempat tinggal yang layak dengan pembuangan limbah yang memadai, seta akses ke bahan pangan yang bervariasi, berkualitas, dan TERJANGKAU. Oh come on, we can do that.
  4. Pendidikan adab (dan literasi) yang mumpuni untuk seluruh rakyat Indonesia. Saya tahu yang selama ini diributkan adalah skor PISA kita yang rendah. Tapi buat saya, daripada skor matematika dan ilmu pengetahuan lainnya, yang paling penting sekarang ini adalah terlebih dahulu mengembalikan jiwa orang Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat. Tak ada gunanya kepintaran kalau tidak punya adab. Hanya akan menyebabkan kemunduran. Sebaliknya, dengan adab yang baik orang bisa lebih mudah mendapatkan ilmu dan memperoleh kemajuan. 
  5. Dukungan untuk memajukan usaha/pekerja lokal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan basic necessities di seluruh wilayah Indonesia. Semakin banyak service yang diberikan, semakin banyak pekerja yang dibutuhkan. Peluang kerja terbuka lebar. Biar nggak pada cari kerja di Jakarta saja, atau mimpi jadi yutuber terus terusan. 
  6. Penyediaan ruang terbuka hijau di seluruh wilayah Indonesia. Termasuk penghijauan kembali tanah bekas tambang dan reboisasi hutan. Lingkungan yang asri, hati adem, stress hilang. Kalau perlu adakan playground/lahan bermain gratis di setiap RW atau kelurahan, terutama di daerah perkotaan. Sehingga anak-anak punya kesempatan bermain fisik daripada hanya menggunakan gadget seharian. Healthy children build healthy nations.
  7. TERPENTING! Apapun kebijakan yang diambil, Bapak dan Ibu yang terhormat, selalu ingat pada akhirat. Ketika seluruh perbuatan, baik atau buruk, akan mendapatkan balasan yang sesuai. 

Penutup

Cara mengukur kebahagiaan suatu negara menurut United Nations Sustainable Development Solutions Network adalah menggunakan indikator Human Development Index. Ranking kebahagiaan Indonesia, berdasarkan index tersebut, jauh dibawah. Kalau orang lain lihat, pasti nampaknya menyedihkan. 

Sebetulnya, dibalik segala kekacauan yang ada di negeri ini, saya masih bersyukur tinggal di negara yang relatif damai. Walaupun orang-orangnya kelakuannya makin hari makin ajaib.



3 comments:

  1. Keren banget teh Restu. Menyuarakan isi hati para emak ... "Pendidikan adab (dan literasi) yang mumpuni untuk seluruh rakyat Indonesia. Saya tahu yang selama ini diributkan adalah skor PISA kita yang rendah. Tapi buat saya, daripada skor matematika dan ilmu pengetahuan lainnya, yang paling penting sekarang ini adalah terlebih dahulu mengembalikan jiwa orang Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat. Tak ada gunanya kepintaran kalau tidak punya adab. Hanya akan menyebabkan kemunduran. Sebaliknya, dengan adab yang baik orang bisa lebih mudah mendapatkan ilmu dan memperoleh kemajuan." Aku sepakat dan sepaket dengan statement ini Teh ... Salam semangat.

    ReplyDelete
  2. Ide Ibu Rumah Tangga digaji negara itu benar-benar keren. Ehm...kira-kira aku pengen digaji berapa ya? Ha... ha....

    ReplyDelete
  3. Wah setujuuuuu… apalagi yang nomer 2, wkwkwk.. kalau benar bisa direalisasikan, itu bagus banget.

    ReplyDelete