Friday, February 14, 2014

Do Not Flush Your Toilet Paper Down The Toilet

Sebelum pembukaan Winter Olympic yang diselenggarakan di Sochi Russia, social media dihebohkan dengan keluhan-keluhan jurnalis mengenai buruknya fasilitas yang harus mereka gunakan selama meliput perhelatan tersebut.

Kebanyakan dari mereka bercerita mengenai kondisi hotel yang belum siap. Dari tidak ada air, gagang pintu, jendela, kasur, dsb. 

Salah satu yang membuat saya bingung adalah gambar di bawah ini. 
Pertanyaan saya, apa masalahnya ? Kan memang tissue toilet tidak boleh dibuang ke toilet? kan bikin mampet. :))))

Setelah dipikir pikir, semenjak saya tinggal di Jerman, saya selalu membuang tissue ke toilet. Bukan karena tidak ada tempat sampah, tapi karena hal itu adalah hal yang lumrah (kalau bukan harus) dilakukan di sini dengan tissue toilet. Ini beberapa alasan yang saya tahu : 

Pertama : Kalau kalau ada yang lupa atau belum tau di negara negara barat, membersihkan diri setelah buang air tidak lakukan menggunakan air (toilet kering). Cukup elap dengan tissue saja. Wajarlah segala sisa sisa kotoran menempel di tissue O_o. Karena itu tissue toilet dianggap sampah pribadi, seperti halnya feses dan urin. Tidak ada orang lain yang bersedia membereskan feses dan urin orang asing atau tak dikenal. Yaa…kecuali memang pekerjaannya harus berurusan juga dengan hal hal seperti itu, seperti dokter, suster, petugas laboratorium, tukang bersihin toilet, dan sebagainya. 

Kedua : Karena fungsinya memang untuk bersih bersih, tissue toilet dianggap sampah yang lebih berbahaya daripada makanan basi, karena mengandung kuman yang setara dengan tikus mati. Well mungkin saya berlebihan, tapi karena disini tidak ada (jarang) tikus baik yang hidup maupun mati jadi anggaplah jumlah kuman yang berbahaya itu sama dengan jumlah kuman di tikus mati.

Nah, karena dianggap sampah pribadi berbahaya yang mengandung banyak kuman, petugas sampah tidak mau mengurus sampah tissue toilet. Mungkin beberapa lembar masih oke, tapi setumpuk besar tissue dengan segala kotorannya? mungkin tidak. Lagipula petugas sampah disini tidak mengangkut semua jenis sampah (mengenai sampah nanti saya cerita di postingan lain), melainkan hanya sampah yang sudah ditentukan.

Ketiga : Sistem sanitasi di Jerman atau negara negara maju lainnya, umumnya sudah sangat baik sehingga mampu mengakomodasi aliran sampah padat, tanpa takut bikin saluran mampet. Memang tidak semua tempat di Jerman mengijinkan sampah tissue dibuang ke toilet. Di toilet umum yang terletak di beberapa gedung, terutama gedung tua, dilengkapi peringatan untuk tidak membuang sampah ke dalam toilet, karena sistem sanitasi gedung tersebut masih kuno. Tapi kebanyakan toilet umum tidak menyediakan tempat sampah sehingga satu-satunya pilihan untuk membuang sampah tissue adalah dengan cara menyiram tissue tersebut ke dalam toilet. 

Di Indonesia sendiri masalah buang tissue toilet sepertinya tidak menjadi masalah berarti dan hal ini yang membuat saya bingung "kenapa si wartawan mumet banget".  Akhirnya saya mencoba mencari tahu, ini penjelasan yang bisa saya sampaikan : 

Pertama : penggunaan hanya tissue toilet untuk bersih bersih sepertinya belum menjadi hal yang lazim di Indonesia, karena  umumnya, setelah buang air, orang membersihkan diri  menggunakan air sementara tissue digunakan oleh sebagian orang untuk mengeringkan diri. Jadi kemungkinan besar jumlah limbah tissue toilet di Indonesia tidak sebanyak di negara bule.

Kedua : Tissue-tissue yang dibuang tidak dianggap berbahaya karena kuman yang menempel di sana, mungkin nih ya mungkin, dianggap jauh lebih jinak dari kuman yang menempel di tempat-tempat lain. Ah untuk urusan bahaya karena kuman sih saya yakin orang Indonesia jauh lebih pemberani dibanding orang Jerman. Hehehe! 

Ketiga : Membuang tissue atau sampah padat lain ke dalam toilet malahan merupakan hal yang dilarang atau tabu di Indonesia (:P) karena sistem sanitasi di Indonesia kebanyakan belum mampu mengakomodasi aliran sampah padat sehingga tumpukan tissue di saluran kemungkinan besar akan membuat salurannya mampet dan toilet rusak. Untuk alasan ketiga ini mungkin saya harus bertanya lebih lanjut ke adik saya yang orang Teknik Lingkungan. Tapi nanti nanti lah ya, kalau sudah tidak ada hal menarik lain yang bisa dituliskan. Hehe!

Nah, itulah penjelasan (kalau kalau ada yang merasa perlu penjelasan juga) mengapa si wartawan bingung waktu disuruh buang tissue toilet ke tempat sampah, bukan disiram masuk ke dalam toilet. Hmmmm…atau mungkin yang menganggap si wartawan aneh sebenernya cuma saya ya? hehehe!

Ya sudahlah, anggap saja cerita sambil lalu untuk bahan obrolan ngalor ngidul  atau untuk hiburan kalau kalau ada yang terdampar di Bandara sore ini karena letusan gunung Kelud.

Note: 
Soal letusan Kelud, semoga semua yang di Indonesia tetap kuat, tabah, sehat dan selamat.  Amin. 

3 comments:

  1. Belum pernah ke Indonesia berarti itu wartawan Tu.. :P

    ReplyDelete
  2. Tisu toilet di eropa kan larut dalam air kak.

    ReplyDelete
  3. Tissue toilet Indonesia lebih larut dalam air kakak. Kayaknya emang karena sistem sanitasi di Indonesia banyak yang belum siap aja :P

    ReplyDelete