Bekerja di lingkungan pendidikan tinggi membuat saya banyak memperhatikan mahasiswa. Ya iyalah masa mengamati biawak. Wong di kampus isinya mahasiswa bukan biawak.
Berdasarkan pengamatan di berbagai kesempatan saya menyimpulkan kalau mahasiswa sekarang ini kebanyakan kurang bahagia. Saya curiga buat mereka masa kuliah bukan lagi masa-masa yang menyenangkan.
Masa kuliah adalah salah satu masa yang paling menyenangkan di hidup saya. Kalau dalam kepala saya digambarkan seperti film Inside Out, maka banyak ingatan masa kuliah yang menjadi memori inti.
Mungkin memang saya beruntung punya pengalaman yang baik di kampus, tapi saya rasa bukan hanya saya yang merasakan sentimen tersebut. Kebanyakan orang seumuran yang saya kenal juga menikmati kehidupan saat di kampus.
Apalagi saat memasuki kehidupan orang dewasa, dimana kesulitan saat di kampus menjadi tidak ada apa-apanya. Pasti jadi kangen dengan masa-masa di kampus.
Paling tidak saat masih jadi mahasiswa, tanggung jawab kehidupan belum jatuh sepenuhnya pada kita. Masih ada orang tua dan pihak kampus yang bisa diandalkan. Begitupun dengan teman-teman yang bisa diajak bahu membahu atas dasar senasib dan sepenanggungan.
Paling tidak saat masih jadi mahasiswa, tanggung jawab kehidupan belum jatuh sepenuhnya pada kita. Masih ada orang tua dan pihak kampus yang bisa diandalkan. Begitupun dengan teman-teman yang bisa diajak bahu membahu atas dasar senasib dan sepenanggungan.
Makanya saya kasihan sama anak sekarang yang menjalani kehidupan perkuliahannya semata-mata sebagai syarat menuju kesuksesan. Mencari pengalaman hanya untuk mempercantik CV. Mati-matian belajar demi transkrip yang mentereng. Berteman seperlunya karena dari awal sudah saling bersaing.
Yah, tentu tidak ada yang salah dengan keinginan untuk sukses. Wajar kok di masa sekarang ini. Mungkin memang cari pekerjaan sangat susah sehingga harus dipersiapkan dengan sangat matang sedari awal. Mungkin memang tuntutannya juga berbeda dengan setiap orang saling sawang sinawang pencapaian masing-masing.
Makanya saya hanya nyengir saat salah satu dosen mengeluh mahasiswa minta jadwal kuliah diubah karena siangnya ada kuis. Saya juga hanya tertawa saat dosen lainnya curhat karena hanya segelintir mahasiswa yang masuk ke kelasnya karena sore ada ujian mata kuliah lain (kelasnya jam 07.00 ujiannya jam 15.00).
Tapi ketika salah satu mahasiswa mahasiswa meninggal, kemudian tidak ada satupun temannya yang melayat dengan alasan besok ada ujian. Saya kok merasa ada yang salah. Merasa kasihan. Baik ke yang meninggal maupun ke teman-temannya.
Sampai segitunya kah urusan belajar ini sampai tidak bisa ditinggalkan barang sedikitpun?
Lalu saya teringat pengalaman saya sendiri. Berbondong-bondong mengantarkan teman yang tangannya patah ke rumah sakit. Beramai-ramai ke kantor polisi saat ada teman yang motornya hilang. Bersama-sama mengurus arak-arakan wisuda walaupun besoknya ada ujian. Juga berbagai momen lainnya yang tak pernah lagi saya temui setelah lulus dan masuk kehidupan orang dewasa.
Tak pernah sekalipun saya merasa rugi melakukannya, bahkan ketika nilai ujian saya jadi jelek karenanya.
***
Kuliah buat saya adalah kesempatan terakhir untuk menikmati kebebasan sebelum memasuki kehidupan penuh tanggung jawab yang tidak bisa dielakkan.
Masa paling menyenangkan karena sudah besar dan bebas melakukan banyak hal, tapi masih punya orang-orang dewasa yang bisa diandalkan. Masih mudah dimaafkan kalau melakukan kesalahan.
Sementara mahasiswa sekarang sudah sibuk mencari pengalaman kerja dari tahun kedua. Tidak ada waktu berteman karena setiap hari bagaikan persiapan ujian masuk ke dunia kerja.
Paling menyedihkan untuk yang merasa tak ada celah untuk sedikitpun kegagalan dan ketidaksempurnaan. Bagaikan berjalan di sisi jurang yang dalam, kesalahan menyebabkan kejatuhan.
Buat saya, mereka seperti dipaksa masuk ke kehidupan orang dewasa sebelum waktunya. Entah karena dorongan dari diri sendiri atau pihak luar.
***
Tapi perbedaan saya dengan mahasiswa-mahasiswa ini tak bisa dipungkiri sudah 20 tahun lamanya. Sudah beda zaman. Mungkin memang definisi kebahagiaannya sudah berbeda. Atau anak sekarang sudah terbiasa dengan kehidupan seperti itu.
Tapi lalu saya teringat pada Mbarep dan Ragil. Sepuluh dan dua belas tahun lagi kalau ada rezekinya mereka juga akan jadi mahasiswa. Di masa tersebut akankah mereka menikmati masa-masa di kampus seperti ayah ibunya?
Semoga ketika waktunya tiba saya masih ada untuk mengingatkan bahwa kesuksesan hidup tidak hanya dicapai dengan satu cara. Semoga mereka bisa menikmati masa mudanya.
***
Ditulis sebagai tulisan kedua Tantangan Blogging Level Up Mamah Gajah Ngeblog Periode Satu.
No comments:
Post a Comment