Monday, March 20, 2023

Nostalgia Life Hack Warisan Budaya

Tentang Life Hack Kenangan

Gara-gara tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini, saya jadi bernostalgia. Mengenang kembali life hack yang lazim dilakukan oleh banyak orang waktu saya kecil. Beberapa sepertinya masih dilakukan sampai sekarang. Mungkin sedikit beda metode saja. Tapi intinya masih sama. 

Yuk mari sama-sama bernostalgia!

1. Blonyokan Bawang

Waktu saya kecil, setiap kali saya demam, pasti saya akan diblonyoki bawang. Mungkin istilah yang sepadan dengan kata diblonyoki ini adalah dibaluri. Irisan tipis bawang merah (dan kadang bawang putih) yang dicampur dengan minyak dibalurkan ke sekujur tubuh anak yang demam. Jangan lupa seprei dialasi perlak kotak-kotak biar minyak tidak lengket kemana-mana. 

Sumber: detik.com

Kalau dipikir sekarang, metode ini mirip seperti persiapan membuat ayam geprek. Cuma minus cengek. Apalagi saya ingat, seringnya minyak yang digunakan sebagai campuran olesan adalah minyak goreng kelapa sawit. Iyes minyak yang sama dengan yang dipakai untuk menumis dan menggoreng. Entah apa yang dipikirkan orang tua masa itu. Mungkin mereka beranggapan semua minyak sama.

Tapi bukan tanpa alasan life hack ini populer pada masa itu. Konon bawang-bawangan, terutama bawang merah, mengandung zat flavonoid dan saponin. Kandungan flavonoid berkhasiat sebagai anti radang dan anti bakteri, sedangkan kandungan saponin berkhasiat sebagai ekspektoran (pengencer dahak). Cocoklah ya buat penyakit favorit bocah: pilek, batuk, dan demam. 

Mungkin nenek moyang kita tidak paham istilah-istilah ilmiah diatas, tapi mereka sudah tau duluan kalau bawang-bawangan ini berkhasiat. Seingat saya, di keluarga kami, bawang merah sendiri, selain dibalurkan, juga kadang digunakan untuk kerokan anak-anak. Child-friendly kerokan, istilah kekiniannya.

Saya sendiri pernah mengaplikasikan blonyokan bawang pada anak pertama saya. Tapi sekali coba kapok, karena lengket kemana-mana. Mendingan kita pakai parasetamol saja deh πŸ˜ͺ

2. Beras Sang Bulir Ajaib

Selain sebagai makanan utama penduduk Indonesia, beras juga bisa digunakan untuk banyak hal diluar fungsi utamanya. Salah satu yang mungkin masih relevan dipakai sampai sekarang adalah untuk menyelamatkan barang elektronik yang tercemplung ke air. 

Kalau menurut penjelasan ilmiahnya, bulir beras konon bersifat hygroscopic atau mudah menyerap kelembaban. Jadi kalau ada benda basah yang dipendam dalam tumpukan beras, biasanya jadi kembali kering sampai ke sudut-sudutnya. Akan tetapi, secanggih-canggihnya daya serap beras, saya bersyukur hanya pernah sekali menggunakan life hack ini. Waktu handphone saya terjun bebas ke sebuah genangan air karena terlalu rusuh mengejar bocah. Tampilan layarnya sempat error, tapi saya pendam di beras semalaman, besoknya kembali normal. Ajaib memang. Walaupun gagal bikin saya punya alasan minta dibelikan handphone baru.

Sumber: kompas.com

Saking patennya life hack ini, setiap kali ada benda elektronik yang kebasahan, dispenser/karung/tempat penyimpanan beras, adalah hal pertama yang dicari orang. Untung saja, orang-orang yang pakai life hack ini masih cukup rasional untuk menggunakannya hanya pada barang elektronik berukuran kecil saja. Walaupun tentu saja akan sangat tik tok worthy kalau misalnya setelah musibah banjir, orang-orang berbondong-bondong datang ke gudang BULOG untuk menitipkan barang-barang elektronik mereka ke gudang beras agar cepat kering.

3. Uang Koin Legendaris

Sumber: cnbc.com

Generasi milenial dan sebelumnya pasti tahu uang koin Rp. 100 dengan gambar rumah gadang dan gunungan wayang. Uang koin yang beredar tahun 70-an hingga 90-an tersebut, terbuat dari logam betulan sehingga memang layak disebut sebagai uang logam. Tidak seperti uang koin pecahan kecil yang beredar sekarang, yang lebih mirip plastik. Kalah jauh tampilannya, bahkan dengan koin Timezone. Kurang mbejaji kalau kata orang jawa. Uang logam kok super enteng dan gampang penyok. Sampai kayaknya buat toss saja tidak bisa. Keburu ketiup angin.

Karena teksturnya yang pageuh dan ukurannya yang pas di tangan, logam Rp.100 legendaris tersebut banyak digunakan dalam life hack tahun 90-an. Seperti untuk kerokan versi advance, alat penggosok voucher atau magic book jadul, pola jiplak buat bikin uang mainan, dan yang paling epik, sebagai pengganti pinset untuk cabut jenggot. Pemandangan yang sekarang sudah sangat langka ini dulu biasa ditemukan pada supir angkot yang sedang ngetem. 

Saya pertama kali melihat fenomena ini di Bandung. Sungguh suatu culture shock buat saya yang di Semarang selalu naik bis DAMRI. Dimana supirnya selalu pakai seragam dan jarang sekali ngetem, apalagi sampai punya waktu nyabutin jenggot di tempat umum. 

4. Pasta Gigi si Obat Serbaguna

Baru ngeh kalau pasta gigi di Indonesia dikenal sebagai odel karena merk pasta gigi zaman belanda. Sumber: ppid.serangkota.go.id 

Ada perdebatan antara saya dan suami ketika membahas life hack tentang pasta gigi atau odol ini. Menurut dia, yang dia tahu, orang suka mengoleskan odol jika kepala benjol karena benturan. Sementara saya, ingatnya odol sering digunakan sebagai obat saat terkena luka bakar. Apapun itu, sepertinya sensasi dinginnya lah yang menyebabkan odol dipercaya sebagai obat pereda sakit, entah karena benjol atau terbakar. Tak peduli merknya walaupun paling terkenal dan sering digunakan tetap Pepsodent original.

Sampai beberapa bulan lalu, ketika saya tak sengaja memegang panci panas, bibi di rumah masih ribut minta saya segera mengoles odol ke tangan. Jadi nampaknya kepercayaan itu masih berlanjut sampai sekarang. Karenanya, sayapun  tidak akan heran kalau di suatu tempat di Indonesia ada odol sampai masuk ke kotak P3K.

Ngomong-ngomong kalau life hack odol ini juga ada di Korea, mungkin drama The Glory bisa jadi lebih epik lagi. Karena bisa jadi ada adegan tokoh utamanya memikirkan cara balas dendam, sambil gosok-gosok odol ke seluruh badan penuh luka bakar karena catokan rambut. Lumayan sekalian iklan walaupun salah sasaran.

5. Siklus Hidup Singlet 

Kaos dalam pria, atau disebut singlet, kebanyakan terbuat dari bahan yang lembut dan mudah menyerap air. Hal ini membuat siklus hidup singlet pria, bisa jadi lebih panjang dari koleganya, bra atau kutang. Karena kaos dalam bisa berubah fungsi jadi banyak hal saat sudah tidak layak jadi dalaman. Sebut saja: lap andalan, keset, saringan di ujung selang, penyumpal lubang-lubang, lapisan gagang apapun (biasanya cangkul), perangkap nyamuk, bahkan kalau perlu, bisa dikibarkan sebagai bendera putih tanda menyerah. Sementara kutang, karena bentuknya yang spesifik, kemungkinan hanya akan berakhir dibuang setelah tidak bisa digunakan. Karena semua orang tau itu kutang. Bahkan dari kejauhan.

(Nggak pakai gambar, caption saja. Soalnya di Google, gambar singlet-nya pakai model semua. Kan malu pajang foto orang bersinglet doangπŸ˜†. Tapi kebayanglah ya singlet babah-babah kayak apa)

Sungguh life hack yang satu ini patut jadi warisan yang dilestarikan sampai tujuh turunan. Sangat ekonomis dan ramah lingkungan, walaupun mungkin kurang 5 minutes craft-able.

Penutup

Sebetulnya masih ada beberapa life hack\ nostalgia yang ingin saya bagikan. Seperti mengikat jempol dengan benang saat anyang-anyangan. Tapi sayangnya tulisan ini terbatas 1000 kata saja. Jadi kita sudahi saja lah ya.

Adakah yang punya life hack nostalgia yang sama dengan saya? Atau adakah yang tau lainnya? :)


6 comments:

  1. Whoaa.... beneran seru ya kalau pasca banjir orang-orang berduyun-duyun ke gudang bulog untuk mengubur barang elektronik mereka dalam tumpukan beras. πŸ˜…
    Seru bacanya, Teh Restu. Nostalgia dibalurin bawang & minyak ketika kecil dulu. Diingat-ingat, haha.... iya juga ya, kayak ngemarinasi ayam. πŸ˜…πŸ˜…

    ReplyDelete
  2. Singlet jadi kain lap itu memang terbaique. Nyerepnya pol banget.

    ReplyDelete
  3. Teh Restu itu uang koin logam jadi inget kerokan he3 ...
    Artikelnya seru ...

    ReplyDelete
  4. Ahahahaha Mamah Restuuu. Bisa ajaaa wkwkwk. :D

    Ngakak bagian metode blonyohan bawang dan minyak sama dengan persiapan membuat ayam gepreg. Wkwkwkwk.

    Wah sama, Restu, kaos-kaos singlet punya Pak Suami begini pasti saya jadikan gombal, atau buat nge-lap kalau sudah bolong atau sobek. Efektif.

    Makasiiy Mamah Restu sudah mengajakku nostalgia dengan beberapa life hacks ini. :)

    ReplyDelete
  5. Seru yaa kalo ingat2 masa lalu..
    Yang beras baru tau loh. Saya suka nyimpen kentang di box penyimpanan beras. Baca dimana gitu katanya kentang awet kalau ditaruh disitu lupa alasannya. Apa krn ini ya? Tapi kentangnya beneran aman sih tahan bbrp hari yang biasanya kalau udah gampang busuk. Pernah tau ga teh?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang kentang jadi awet belum pernah denger teh. Pernahnya denger malah beras bantu matengin buah lebih cepat. Kalau saya taunya kentang jangan dicampur sama bawang. Cepet busum hehe.

      Delete