Friday, October 8, 2021

Komunitas 13404 Tiada Duanya

Seperti kebanyakan generasi millenials, saya juga dijangkiti hobi melabeli diri sendiri. Berpegang pada tes kepribadian gratisan yang ada di Google dan quiz - quiz di Facebook, seringkali saya melabeli diri sebagai introvert yang terbuka. Nah loh bingung kan?

Hasil salah satu test kepribadian di Google. Katanya saya termasuk tipe INTP.
(Sumber : www.truity.com

Ibarat tokek yang suka menyendiri tapi ramai (((tokek))), saya mudah mengobrol dengan orang tapi tidak mudah mengakrabkan diri dengan orang lain. Saya suka ada di keramaian tapi tidak pernah bosan sendirian. Saya easy going tapi suka overthinking dan overanalyzing. Saya punya banyak ide tapi malas merealisasikan. Kontradiktif kalau menurut rasi bintang. Maklum Gemini.

"I consider myself as a socially awkward person."

Ngomong - ngomong, hasil tes kepribadian saya ini ternyata sama lho dengan dek Soek Jin dari BTS. Selebriti yang mengklaim diri sebagai worldwide handsome ini konon punya kepribadian tipe INTP juga.

Hasil tes kepribadian Jin BTS. INTP juga.
(Sumber : www.alkpop.com)

Tetiba merasa senasib sepenanggungan dengan dek Soek Jin. Bedanya dia punya duit jutaan dollar dan komunitas seukuran satu negara yang ngefans berat padanya. Sementara saya punya uang dollar cuma selembar itupun lupa nyimpen dimana dan fans berat saya cuma 2 orang. Itu juga harus dikeluarin dari perut sendiri. 

Saya dan Komunitas

Terlepas dari akurat atau tidaknya hasil tes kepribadian diatas, terus terang saya cukup kebingungan mengerjakan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog Bulan Oktober yang bertema Komunitas yang Aku Cintai. Pasalnya karena merasa kurang bisa bergaul, saya jarang terlibat dalam komunitas.

Ilustrasi Komunitas. Saya yang kuning besar di belakang. Mencolok tapi mojok.
(Sumber : www.freepik.com)

Sebetulnya kalau bicara komunitas dalam makna dasarnya, yaitu masyarakat, saya ini, awkward dan tidak awkward, mau tidak mau ya termasuk didalamnya. Paling tidak komunitas tempat saya tinggal. Tapi kan menulis tentang komunitas RT 05 RW 03 Kelurahan Sukarasa Kecamatan Sarijadi Kota Bandung tidak akan menarik kecuali mau menceritakan hot news tetangga. 

Masalahnya tetangga - tetangga saya ya begitu - begitu saja kelakuannya. Tidak ada yang gossipable alhamdulillah. Ketemu juga jarang. Group chat RT saya tidak ikutan. Jadi tidak bisa ngejulidin pesan - pesan ajaib yang seringkali dikirimkan. Ayam juga tidak ada yang berkeliaran. Tidak ada arisan ajang pamer kehidupan. Mau nulis apa coba dengan RT yang garing macam ini.

Begitupun dengan Komunitas Teknik Industri ITB, tempat saya bekerja. Saya otomatis masuk ke dalamnya sebagai karyawan, alumni, dan isteri dosen. Hal yang ingin diceritakan sih banyak. Tapi dibilang komunitas yang dicintai juga tidak bisa. Saya tidak segitunya dengan identitas saya sebagai seorang industrial engineer palsu ketika saya bahkan sudah lupa tentang network analysis atau linear programing.

"Tepatnya dulu tidak bisa. Sekarang lupa. Macam mana"

Makna kata komunitas sekarang sudah bergeser menjadi kumpulan orang - orang yang saling mendukung dalam suatu hal. Minat, hobi, bakat, tujuan, kesamaan, pilihan hidup. Apa sajalah. Karena penyempitan, atau malah perluasan, makna ini maka menjadi anggota komunitas seringkali adalah suatu pilihan.

Saya yang tidak punya bakat, minat, hobi, atau apapun yang terdefinisi dengan baik jarang bisa masuk ke dalam suatu komunitas dan merasa nyaman berada di dalamnya. Walaupun komunitas luring lebih intimidating buat saya, komunitas daring ternyata juga sama susahnya.

"Klik WAG link invitation-nya sih gampang. Bertahannya yang susah."

Sudah beberapa komunitas yang saya ikuti berakhir dengan saya left group. Pamit atau tidak pamit. Karena ketidak cocokan satu dan lain hal. Sekarang setelah dipikir pikir hanya ada 3 komunitas yang aktif saya ikuti saat ini. Grup jastip tidak dihitung. Padahal komunitas juga itu ya. Komunitas nge-fix dan nge-list. Lalu muncul tagihan. Di tanggal tua.

Dari tiga komunitas yang aktif saya ikuti ada satu yang sangat spesial buat saya, karena saya habiskan akhir usia belasan dan awal dua puluhan disana. Komunitas ini turut membentuk pribadi saya yang sekarang ini. Juga mengajari bahwa saya bisa - bisa saja berteman walaupun mengaku awkward.

(Sumber : Dokumentasi Probadi)

Saya merasa sangat beruntung bisa masuk ke dalamnya. Karena saya harus ada di waktu dan tempat yang tepat untuk bisa jadi anggota komunitas ini. Komunitas yang tidak menerima anggota baru sehari setelah terbentuk dan sudah saya ikuti selama 17 tahun. Komunitas 13404.

Tentang Komunitas 13404

ITB menetapkan nomor induk (NIM) yang unik untuk mahasiswanya. Kombinasi angkanya terdiri atas kode strata - kode fakultas - kode jurusan - tahun angkatan - dan nomor urut. Kode ini sudah ditetapkan semenjak akhir tahun 70-an. Kode Teknik Industri adalah 134. Tahun saya masuk 2004. Jadi 13404 adalah kumpulan mahasiswa Teknik Industri ITB angkatan 2004.

Mungkin banyak yang merasa aneh kenapa saya menulis tentang teman - teman seangkatan saya sebagai komunitas yang bermakna. Tapi komunitas ini memang istimewa dan berarti besar buat saya. Ada banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan dengan menjadi anggotanya. Bahkan sampai sekarang.

1- Berteman Itu Ternyata Tidak Susah

Seperti sudah saya sampaikan diatas, saya ini introvert yang terbuka. Dari SD sampai SMA teman akrab saya bisa dihitung jari. Memang saya bukan penyendiri, tapi teman akrab jarang. Satu dua sih ada, tapi tidak sampai bisa membentuk geng seperti gengnya Cinta di Ada Apa Dengan Cinta. Jangankan bikin koreografi tarian bersama, buat bikin tugas kelompok juga kurang orangnya. Teman yang saya bilang akrab pun tidak seakrab itu. Bingung ya. Haha.

Geng Cinta AADC. Siapa tau ada yang tidak paham karena beda generasi. Bagaimanapun 2001 itu 20 tahun yang lalu.
(Sumber : www.cnnindonesia.com)

Sesungguhnya saya memang lebih suka menghabiskan waktu  mengerjakan soal - soal fisika agar lulus SPMB sendirian. 

Bersosialisasi itu melelahkan!

Lucunya saat kuliah, saya malah cukup pintar berteman. Walaupun cuma antar teman satu angkatan. Mungkin udara Bandung lebih cocok untuk saya. Bahkan untuk pertama kalinya saya punya geng! Sampai 16 orang malah anggotanya. Salah satunya adalah suami saya. Memang asal muasal geng ini selain dari pertautan pertemanan mahasiswa dari daerah yang sama juga pertautan hati dari pandangan pertama.Tapi tentu saja dia yang naksir duluan. Bukan saya.  Dari 16 orang ini, 6 orang menjadi pasangan suami isteri. Setelah jadian semenjak TPB.

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tapi geng diatas hanyalah gimmick belaka. Nyatanya waktu kuliah saya akrab dengan hampir semua orang. Bahkan sampai sekarang ada beberapa yang masih cukup sering jadi teman gossip ngobrol santai. Melepas penat ditengah kesibukan dunia.

2 - Karena Teman Adalah Saudara

Keakraban di dalam geng 13404 terjalin sangat baik tiada lain tiada bukan karena ospek jurusan. Kekompakan dibentuk setelah selama lebih dari 6 bulan lebih didoktrin dengan jargon - jargon kekeluargaan.
Teman adalah saudara..
saudara adalah keluarga...
keluarga adalah...

TUTUP MATA DAN TELINGA KALIAN SEMUA!

Entah kenapa kakak kelas yang menjadi panitia ospek kala itu begitu mendorong angkatan saya untuk menjunjung tinggi kekompakan. Hasilnya setelah ospek angkatan kami malah jadi asyik sendiri. Tidak begitu memperdulikan angkatan lain. Kecuali yang naksir kakak atau adik kelas ya. Itu sih lain cerita.

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Ngomong - ngomong soal jargon kekeluargaan, mungkin karena terlalu meresapi maknanya, 20 orang dari kami bahkan menjadi keluarga betulan. Diresmikan di KUA. Beberapa orang juga jadi ipar karena kakak atau adiknya menikah dengan teman seangkatan.

(Sumber : Dokumentasi Pribadi) 

Dari sinilah saya mulai berpikir untuk jadi orang baik saat bergaul dengan orang. Kalau misalnya keheul jangan sampai keheul - keheul amat. Karena tidak tau nasib kedepan siapa tau jadi saudara atau malah besan. Kan kasian anak - anak kalau saya musuhan sama mertuanya.

"Karena besan layaknya jodoh, hanya Tuhan yang tau"

3 - Berkegiatan Bersama Bikin Akrab

Semenjak ospek, angkatan kami sudah dibebani tugas menjadi panitia berbagai macam event. Mulai dari Balai Kesehatan Gratis yang berhasil memberikan pelayanan konsultasi dokter kepada ratusan penduduk kampung di sekitar kampus, The First Industrial Engineering Competition (IECOM): kompetisi keilmuan Teknik Industri bertaraf internasional yang diadakan untuk pertama kalinya, Perayaan Dies Natalis Teknik Industri ke 35, hingga event - event kecil seperti perayaan wisuda. Salah satu kebanggaan kami adalah di suatu periode angkatan saya bahkan berhasil mengalahkan FSRD untuk pawai wisuda termeriah dan spot di depan pintu keluar Sabuga (penting).

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Bahkan Kuliah Kerja pun saat itu menjadi hal yang mengasyikkan. Mencari dana dengan hal - hal receh seperti ngamen, jualan bunga, jualan sarapan donat dan jajan pasar buat kuliah jam 7 pagi, hingga hal elite seperti golf tournament dan ikut lomba. Semuanya agar seluruh angkatan, tanpa perlu merogoh kocek sendiri, kecuali kocek Bapaknya kalau kebetulan dimintai sumbangan, bisa berangkat berwisata mengunjungi berbagai pabrik untuk menambah wawasan. Dari Bogor, Karawang, Cilegon, hingga berlibur sejenak di pantai Anyer.

Tapi buat saya pribadi, salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah saat berhasil menjadi sutradara pertunjukan drama musikal untuk perayaan wisuda di Aula Barat.

It was a mess but also a huge success. We had such a blast that night.
Untung eyke nggak jadi diceburin ke Indonesia tenggelam sebagai perayaan.

Selain tugas - tugas kuliah yang hampir semua dilakukan berkelompok, event - event inilah yang melatih saya untuk bekerja dalam tim. Ada banyak sekali yang saya pelajari : manajemen proyek, dinamika kelompok, mengatasi konflik, meredam ego, toleransi, dan sebagainya. Tidak semuanya bisa dipelajari di dalam kelas. Mampu bekerja dalam tim adalah salah satu keunggulan lulusan Teknik Industri.

Paling tidak kami pede untuk sok tau dengan kemampuan helicopter view yang selalu digadang - gadang.

4 - Perbedaan itu Hal Biasa

Angkatan kami yang berjumlah 154 orang, terdiri atas berbagai macam individu dengan segala keunikannya. Persamaan absolute diantara kami hanyalah dengan sadar memilih TI di formulir pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi dan berhasil diterima tahun 2004.

Karena jaman dulu belum ada social media, yang kami lihat dari teman - teman ya hanya sebatas yang terlihat oleh mata kami saja. Tidak ada kami memandang suku bangsanya, latar belakang keluarga, dan sebagainya. Buat kami, semua orang ya sama saja. Kecuali kalau jadi teman tapi mesra. Itu baru jadi istimewa.

Tentu saja bukan berarti dengan menerima perbedaan semua masalah langsung jadi tiada. Dengan jumlah orang segitu banyak konflik pastilah ada. Baik individu maupun kelompok. Mungkin yang sampai sekarang memendam rasa juga ada. Hati orang siapa yang tahu. Namanya juga lingkungan pertemanan.

Akan tetapi hal - hal tersebut sepertinya tidak menjadi penghalang untuk kami selalu menjadi teman. Semua konflik dan perseteruan yang terjadi di masa lampau umumnya sekarang hanya jadi bahan bercandaan. Cerita lama yang diulang untuk lucu - lucuan. Atau malah tidak dibahas sama sekali supaya tidak mengungkit luka lama. Berharap sekarang sakit hatinya sudah hilang dan sudah saling memaafkan.

"...yang lalu biarlah berlalu, jangan kau ungkit masa lalu..."  

Kalaupun sekarang terjadi perbedaan pendapat, jarang sekali ada konflik atau perdebatan berkepanjangan. Bahkan urusan pemilihan Presiden yang bikin pecah kebanyakan grup juga berhasil dilewati tanpa insiden berarti. 

Mungkin memang kami pecinta damai atau sebetulnya WA Group 13404 sudah tidak terlalu sering ditengok oleh anggotanya. Apapun itu, masih sering ada pembicaraan seru di grup. Membahas isu isu terkini. Tanpa hoaks dan emosi tinggi. Itu saja sih yang penting.
Karena hidup sudah terlalu rumit tanpa berantem dengan teman sendiri.

5 - Karena Teman Terasa Mudah

Dari teman - teman angkatan saya juga belajar berbagai kisah kehidupan. Ada yang pandai menyembunyikan kesulitan hidupnya sehingga saat Ia sudah sukses baru bercerita kesulitan selama kuliah. Ada yang rendah hati dan tidak sombong sehingga saat lulus kami baru tau kalau keluarganya sangat berada. Ada yang jenius. Baca komik terus tapi dapat A. Ada yang kesulitan belajar. Sampai jungkir balik juga tetap dapat rantai karbon. Semuanya dengan cerita masing - masing. Apapun cerita hidupnya saat kuliah kami berjuang bersama. Mencapai tujuan menjadi sarjana.

Teman adalah salah satu supporting system penting dalam menjalani perkuliahan. Saya cukup beruntung karena saat kuliah punya banyak teman. Walaupun secara akademik prestasi saya kurang menggembirakan tapi saya menjalaninya dengan bahagia. Karena bersama - sama segalanya terasa lebih mudah. Adanya teman - teman juga bisa membantu membuat semua hal buruk terasa tidak terlalu suram. Walaupun kadang cara membantunya agak salah kaprah.

Seperti ketika saya dapat C untuk pelajaran 4 SKS dan IPK terjun bebas. Untuk menghibur saya, teman - teman mengajak nonton bioskop. 

Poster The Curse of Golden Flower. Film yang tidak cocok ditonton saat hati gundah gulana.
Kalau tidak percaya, baca saja sendiri sinopsisnya.
(Sumber : www.tribunnews.com)

Tapi filmnya The Curse of Golden Flower. Keluar bioskop langsung makin skeptis dengan kehidupan. 

Cerita lain saat saya dan beberapa teman cewek membantu salah seorang teman kami yang jadi korban cowok buaya darat dari jurusan seberang. Sudahlah buaya  matre pula. Lengkap dosanya. Setelah mendengar ceritanya, tanpa babibu kami labrak cowok ini di depan umum. Di tengah kantin yang sedang penuh sesak saat jam makan siang. Barbar banget deh. Tapi puas. Haha. Untung yang sedang makan nggak ada yang sampai keselek melihat si cowok sampai terpaksa nempel ke tong sampah. Tersudutkan oleh gerombolan kami yang terus meringsek maju bagai badak murka.

Mujur jaman dulu handphone berkamera masih jarang. Jadi tidak ada yang coba - coba menangkap momen viralable tersebut. Kalaupun ada yang sempat mengambil foto, ambil video pasti tidak mungkin soalnya kapasitas storage handphone jaman dulu minim, buat posting supaya viral mesti ke Comlabs dulu cari jaringan internet. Itu juga lantas mau posting dimana? Masa di Kaskus? Agan - agan banget deh.

(((Agan)))

5 - Perubahan Itu Wajar 

Tiga belas tahun dan puluhan kilogram setelahnya, anggota komunitas 13404 sudah terpencar kemana - mana. Menempuh jalan hidup masing - masing. Menyebar di berbagai daerah di dalam dan luar negeri. Malah ada yang qadarullah sudah lebih dulu berpulang ke rahmatullah. 

Hampir semuanya sekarang sudah jadi orang tua. Dengan satu, dua, bahkan empat anak. Membuat reuni menjadi hal yang sulit dilakukan. Karena hampir semua mengamini, reuni bawa anak bukanlah reuni. Pindah tempat ngasuh saja. Sehingga mengobrol santai hanyalah keniscayaan belaka.

Reuni tipis tipis. Sebelum ada buntut. Setelah ada buntut apalagi dua jadi jarang ketemuan.
Karena lelah bok bawa bocah ketemu orang 😅
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Untungnya untuk terhubung dengan teman lama sekarang sudah sangat mudah. Bisa via social media. Via aplikasi chat dan pemanfaatan teknologi lainnya. Di berbagai platform tersebut asyiknya kami masih menjadi diri sendiri. Obrolan yang sama, becandaan yang sama. Walaupun pembahasannya sekarang jadi lebih berbobot. Karena ya memang umur tak bisa bohong. Omongan anak 18 tahun pasti beda dengan orang dewasa usia pertengahan 30.

Kalau dulu ngomongin mau makan dimana, sekarang ngomongin mau invest dimana. Nggak kalah dong dengan Han Ji Pyeong.


Pasang foto oppa chingu. Mengikuti tips. Biar menang tantangan dan jadi mastang #AmbisiPribadi 
(Sumber : Start Up)

6 - Komunitas yang Bisa Diandalkan

Untuk urusan hidup saya rasa kebanyakan dari anggota 13404 sudah menemukan passion-nya dan kehidupan yang nyaman. Ada yang punya karir tinggi di perusahaan. Ada yang usahanya sudah sukses besar. Ada yang sudah jadi tokoh masyarakat. Ada yang sudah jadi seorang ahli. Ada yang jadi selebgram. Ada yang hidupnya lempeng dan biasa - biasa saja. Saya contohnya. Tak masalah karena yang penting bahagia. 

Karena sesuai prinsip keilmuan yang palugada (apa loe butuh gue ada), teman - teman saya ini memang beraneka ragam keahlian dan kebisaannya.

Ahli forecasting, ahli produksi, ahli marketing, ahli pariwisata, ahli HR, ahli logistik, pegawai start up, kepala pabrik, pegawai pemprov, direktur sekolah, penulis buku, ahli parenting, jual sayur, jual tas branded, jual desert yang seger, crafter. Ada semua. Sagala aya pokokna mah.

Asyiknya teman - teman saya ini walaupun banyak yang sudah jadi orang sukses dan pada sibuk luar biasa, tapi kelakuannya masih tetap sama. Tak jarang ada yang bertanya tentang berbagai macam hal di grup dan mendapat jawaban baik yang serius maupun bercanda. Saya juga sering minta tolong kalau perlu bantuan untuk ini itu.  

Walaupun cukup akrab, kadang tetap ada perasaan segan minta tolong kalau perlu. Takut mengganggu. Tapi berdasarkan pengalaman selama ini, asal ada keberanian untuk bertanya atau minta tolong, biasanya teman - teman saya sih dengan senang hati membantu. Tentu saja asal permintaannya wajar dan masih dalam ranah kemampuan mereka ya.

Bagaimanapun buat saya, komunitas 13404 masih sering jadi andalan saat susah maupun senang.

Penutup

Komunitas adalah orang - orang yang saling mendukung. Buat saya komunitas selain saling mendukung juga harus memberikan rasa nyaman bagi anggotanya. Dalam hal ini 3 komunitas yang saya ikuti memenuhi aspek tersebut. Mamah Gajah Ngeblog salah satunya. Komunitas yang sangat menyenangkan untuk dikuti. Beda dengan orang - orang yang ikut WAG sampai puluhan, baru kali ini saya punya WAG lain selain WAG keluarga, teman, dan kerjaan. Haha.

Memang segitunya saya mah. Demikian cerita saya bulan ini. Semoga bisa menghibur yaaa..








7 comments:

  1. Hong banjaaaaang... Eh salah ji pyeong yaa di sini mah 🤭

    Setelah diinget-inget,terus liat foto foto, ternyata mayan banyak juga kenalan saya di TI04 (atau yg saya ngerasa kenal, tapi kayanya dia ngga 😂).. Mungkin karena tetangga sebelah gedung yaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walaupun Hong Banjang lulusan engineering tapi Ji Pyeong lebih cocok di sini #naon

      Berbagi mushola dan Mas To kita ya. Jadi mungkin sekilas sekilas banyak yang tau yaa.

      Delete
  2. seruuuuu 13404 teh restu
    alhamdulilah ya silaturahmi terjalin hingga sekarang

    btw tadinya aku mau nulis ar89 yang buat wag dengan title remaja ar89, tapi akhirnya memilih nulis mamah's long chair : masa kuliah itu seru banget dan aku juga masih terhubung hingga sekarang lebih dari 30 tahun

    salam hangat

    ReplyDelete
  3. Lho kok sama ya ehehe. Saya socially awkward person, overthinking, dan Gemini. Ihihiiiy.

    Terharu membaca kisah Restu dan geng TI04nya. Sekaligus iri, hiks, bisa punya sahabat yang sedekat itu dan awet. Wah masya Allah.

    ReplyDelete
  4. semua foto-foto yang dipajang disini bisa membuat juri bias haha.

    Seneng bacanya deh Restu, teman seangkatan memang sehidup semati ya, aku juga lumayan kompak sama teman angkatan, seru juga kalau di inget-inget

    ReplyDelete
  5. wow wow wow, saya terpana beberapa detik kirain han ji pyeong ikut 13404. Terpana juga kalau ada begitu banyak yang menikah dalam jurusan yg sama. Gak heran kalau ini jadi komunitas yang dicintai.

    ReplyDelete
  6. "..fans berat saya cuma 2 orang. Itu juga harus dikeluarin dari perut sendiri."

    :))))))))) ini bikin gw ngakak. Dipikir-pikir, lo dan Jin banyak miripnya, Tu. *angguk2kepala

    ReplyDelete