Sunday, March 14, 2010

Bli Wayan

Namanya Wayan. Usianya 21 Tahun. Bohong kalau saya bilang dia bukan orang Bali. Dia orang Bali asli, dari daerah Karangasem. Dari beribu-ribu Wayan yang mungkin saya temui di Bali, saya paling terkesan dengan Wayan yang satu ini. Wayan bertugas sebagai supir saya dan teman saya, ketika mendapatkan tugas ke Bali selama seminggu. Kali pertama saya berkenalan dengannya dia masih jaga image, khas anak muda jaman sekarang. Berbicara sedikit, dan bersikap dingin. Tapi lama kelamaan suasana Bali yang nyaman mencairkan dirinya menjadi pemuda Bali yang ramah, dan senang bercerita.

Saya rasa Wayan berbakat sebagai sejarawan. Darinya kami tahu cerita-cerita peperangan, kisah dewa-dewa dan legenda legenda. Dia menyukai sejarah, dan mengaku semasa sekolah dia bisa duduk lama hanya untuk membaca kitab-kitab catatan sejarah kerajaan-kerajaan nusantara, atau mendengarkan gurunya bercerita mengenai kisah-kisah peperangan. Subjek yang bisa membuat orang lain tertidur lelap. Karena kesulitan ekonomi, setelah lulus SMA, Wayan harus bekerja. Semenjak itu keingintahuannya akan sejarah hanya dapat dipenuhi dengan membaca kisah sejarah dari cerita bersambung di koran.

Pengetahuan Wayan mengenai sejarah cukup luar biasa mengingat keterbatasannya akan sumber informasi. Dia bilang, buku-buku sejarah Bali biasanya ditulis dalam bahasa inggris dan harganya mahal, lagipula jarang ditemukan. Oleh karena itu dia bercita-cita ingin jadi pendeta. Supaya bisa membaca kitab-kitab sepuasnya.

Selain berbakat sebagai sejarawan, sepertinya dia juga berbakat sebagai seorang filsuf, buktinya dia juga sering menanyakan hal-hal yang jawabannya tidak terpikirkan oleh saya, contohnya:
Wayan : "Mbak-mbak, kalau orang Bali liburannya ke mana ya mbak?" (Nah loh..ada yang tahu?)
Wayan : "Mbak-mbak kalo ambulance ngisi bensinnya kapan ya? Saya ko gak pernah lihat ambulance isi bensin?" (anyyyoooneee???)
Wayan : "Mbak-mbak, kalau bulan bisa ngomong dia ngomong apa ya?" (ini sih saya yang ngarang. Hahah.)
Wayan : "Mbak-mbak, punya senter?" (not funny guys!)
Wayan : "Mbak-mbak, punya obeng?" (oh, shut up!)
Yah begitulah, selama satu minggu di Bali, selain pemandangan yang indah, kami juga dihibur oleh tingkah polah Wayan.Dia salah satu orang darimana saya belajar, untuk bersyukur mengenai segala kesempatan yang saya dapatkan saat ini. Oh, sampai saat ini saya tidak tahu nama lengkapnya. Yadayadayada.

1 comment: