Sunday, March 7, 2021

Alasan Memilih Teknik Industri ITB



Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret 2021 dengan tema alasan memilih jurusan kuliah. 

Jurusan S1 saya adalah Teknik Industri. Sebetulnya saya ingin sekali menuliskan alasan-alasan yang lebih ilmiah kenapa saya kuliah di Teknik Industri. Tapi setelah dipikir - pikir alasan kenapa memilih jurusan tersebut, tak lain dan tak bukan, semata karena suratan takdir. 

Tentang Obsesi Masuk ITB

Dari kecil saya dan adik saya didoktrin orang tua untuk masuk ITB. Kami tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Tapi tidak sekalipun Bapak dan Ibu pernah memberikan opsi untuk kami kuliah di universitas yang lokasinya lebih dekat. Misal Universitas Diponegoro atau Universitas Gadjah Mada. Bahkan Bapak saya, yang adalah dosen di Universitas Negeri Semarang (dulu IKIP Semarang), juga tidak pernah mengajukan ide supaya kami kuliah di tempatnya mengajar. Dari kecil, buat kami yang namanya kuliah ya di ITB. Hanya di ITB. Kalau bukan di ITB, tidak usah kuliah sekalian.

Alasan kenapa Bapak Ibu saya begitu terobsesi dengan ITB sepertinya berakar pada tidak diterimanya mereka di ITB saat Sipenmaru. Nampaknya kekecewaan tersebut begitu membekas untuk keduanya, sehingga jadi terobsesi untuk mewujudkan impian yang belum tercapai lewat anak anaknya 🤣

Untungnya saya dan adik saya tidak terlalu keberatan didoktrin masuk ITB.  Karena kami tidak punya minat, bakat, dan keinginan khusus, kami terima saja cita - cita kami didikte orang tua. Plus waktu itu masuk ITB memang tampak keren. Jadi ya sudahlah diterima saja doktrinnya 😅

Tentang Pilihan Jurusan

Walaupun giat mendoktrin tentang masuk ITB, orang tua saya tidak pernah menyebutkan  jurusan tertentu yang harus kami masuki. Apa saja asal ada cap gajahnya mereka terima. 

Ketika mempersiapkan diri untuk ikut SPMB tahun 2004, posisi saya sudah nothing to loose. Saya sudah dinyatakan diterima di Jurusan Planologi UGM via Ujian Masuk UGM. Jadi untuk SPMB saya bebas pilih jurusan apa saja di ITB. Passing grade berapapun. Orang tua saya memang selalu "mengancam" saya tidak boleh kuliah kalau bukan di ITB, tapi ketika saatnya saya masuk kuliah betulan, mereka sadar diri juga. Prestasi saya di SMA tidak mentereng. Kalau sampai kejadian saya tidak kuliah, karena tidak  diterima di ITB, pasti mereka pusing tujuh keliling. Karena itu saya diminta ikut ujian masuk universitas lain. Untuk cadangan siapa tau tidak jodoh dengan ITB.

Saking niatnya agar saya masuk ITB, orang tua saya sampai mengirim saya untuk ikut  bimbingan belajar super intensif di Bandung selama 4 bulan. Di bimbel berlogo gajah yang saya ikuti, setiap minggu diadakan try out. Selama mengikuti try out, nilai try out saya tidak pernah melewati passing grade jurusan top di ITB. Tapi kan saya sudah nothing to loose. Nanggung. Kalau sudah niat mau menggapai bintang gapai sekalian bintang ya jauh. Daripada menyesal. Toh sakitnya kalau jatuh sama. Akhirnya, walaupun dalam try out saya tidak pernah lulus, saya memutuskan untuk memilih salah satu jurusan paling top di ITB saat itu. Teknik Elektro.



Tentang Kenapa Memilih Teknik Industri (TI)

Seperti sudah saya sebutkan di atas, awalnya saya memilih Teknik Elektro sebagai pilihan pertama di SPMB. Alasan pemilihannya sesederhana karena Teknik Elektro saat itu adalah salah satu jurusan paling top di ITB. Atau malah di Indonesia. Tapi anehnya hati kok tidak pernah sreg. Rasanya seperti memilih jodoh yang tampan, pintar, kaya, tapi saya tidak cinta #Loh

Di hari terakhir sebelum formulir SPMB saya kumpulkan, entah kenapa hati saya tergerak untuk mengganti pilihan pertama menjadi Teknik Industri. Padahal saya blank sama sekali tentang TI. Saya tahu Teknik Elektro ada hubungannya dengan listrik, Teknik Mesin dengan mesin, Seni Rupa dengan seni, dsb dsb. Tapi Teknik Industri terdengar seperti suatu hal yang lebih abstrak. Tidak straight forward seperti jurusan lainnya. Tapi saat itu hati kecil saya bilang, TI adalah jurusan yang saya inginkan. 

Menjadi mahasiswa TI nampaknya memang sudah ditetapkan sebagai bagian dari takdir saya. Melalui SPMB saya dinyatakan diterima, kemudian selama 4 tahun setelahnya, saya berkutat di Labtek III yang berlokasi di pojok barat laut ITB. Mencoba menjalani dan memahami perkuliahan, yang katanya bisa membuat saya mampu menjadi ahli untuk menemukan cara membuat semua hal menjadi lebih efektif dan efisien.
(Disclaimer: Mungkin tidak berlaku untuk kehidupan nyata) 

Setelah masuk kedalamnya, ternyata bidang Teknik Industri ini memang seabstrak yang saya perkirakan. Pelajarannya mencomot sana sini. Dasar keilmuan TI di ITB adalah Teknik Mesin tapi di perjalanannya kami belajar sedikit tentang elektro, sedikit pemograman, sedikit sistem informasi, sedikit statistik, sedikit manajemen, sedikit ekonomi, sedikit keuangan, sedikit psikologi, sedikit tentang manusia, dan sedikit sedikit lainnya. Tujuan pendidikannya memang mengerti yang sedikit sedikit itu dan menggunakan pengetahuan sedikit-sedikit itu untuk mencari solusi permasalahan dalam Industri. 

Sejujurnya sampai sekarang apa itu TI sesungguhnya juga masih jadi misteri untuk saya 🤣 sampai suami saya, yang juga lulusan TI, bilang saya ini lulusan TI palsu. Karena masih sering salah konsep dasar tentang apapun yang sudah saya pelajari di TI. 

Alhamdulillahnya, walaupun pas pasan pahamnya, kuliah saya berjalan cukup lancar. Saya berhasil lulus dalam waktu 4 tahun tanpa drama. 

Hikmah Kuliah Di Teknik Industri

Selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Begitupun dengan berkuliahnya saya di TI. Ada beberapa hikmah yang bisa saya tarik dari hal tersebut. 

Jadi Punya Banyak Teman

Hikmah pertama adalah saya jadi bisa punya  teman. Saat masih di bangku sekolah, saya termasuk penyendiri. Saya merasa tidak nyambung dengan teman-teman sekolah saya. Karena saya merasa jarang yang bisa paham alur pikiran saya. Dipikir pikir sombong sekali ya saya waktu itu 😅  Ketika masuk TI, akhirnya saya bertemu dengan orang-orang yang bisa paham pikiran saya. Nyambung kalau diajak bicara. Dan punya pemahaman yang sama. Makanya waktu di TI saya punya banyak teman. Beberapa bahkan menjadi sahabat saya sampai sekarang. 

Jangan Menyepelekan Doa Orang Tua

Hikmah kedua adalah jangan pernah menyepelekan doa orang tua. Saya percaya diterimanya saya, yang notabene hanya siswa biasa-biasa saja, di salah satu jurusan paling bergengsi se-Indonesia semata adalah karena doa orang tua saya yang terkabul.

Ketemu Jodoh Jauh Sebelum Menikah

Hikmah yang ketiga adalah saya bisa bertemu dengan jodoh saya lebih cepat. Saya dan suami saya satu angkatan. Kami pacaran mulai dari Tahap Persiapan Bersama. Untung lanjut terus sampai menikah. Kalau tidak kan gawat. 

Karena suami, berbeda dengan saya, memang sudah dari awal sudah memantapkan hati untuk memilih TI, Saya yakin keputusan saya yang mendadak mengubah pilihan dari Elektro ke TI itu adalah kehendak Allah untuk mempertemukan saya dengan suami dari awal. Coba kalau saya di Teknik Elektro dia di Teknik Industri, bisa nggak ketemu-ketemu karena saya dan dia sama sama malas bergaul di luar jurusan.

Teknik Industri Dalam Hidup Saya

Hubungan saya dengan Teknik Industri tidak langsung lepas begitu saya lulus.  Malahan bisa dibilang hidup keluarga kami saat ini berputar di sekitar TI. Setelah lulus, suami saya langsung bekerja sebagai asisten akademik kemudian setelahnya menjadi dosen di TI. Sementara saya sempat melanglang buana sebagai konsultan freelance di bidang yang terkait dengan Teknik Industri (sudah disampaikan kalau bidang TI adalah sagala aya sagala bisa), sebelum suratan takdir lagi lagi membawa saya kembali lagi ke TI setelah 9 tahun lulus dari sana. Tepatnya tahun 2017, ketika saya memutuskan untuk membuka lembar kehidupan baru. Bukan sebagai dosen, maupun mahasiswa, saya kembali ke TI untuk menjadi......


BERSAMBUNG! BAGIAN 2!!



(Maaf agak geer kali kali ada yang penasaran dan mau baca 😂)

16 comments:

  1. halo teh, salam kenal :) ceritanya seru, teh! alhamdulillah yaa ga jadi pilih teknik elektro, semuanya sudah diatur banget sama Alloh SWT.. dan aku pun penasaran teteh jadinya kemana.. hihi.

    ReplyDelete
  2. Hahahaha ... Penyampaian ceritanya kocak ih. Aku ketawa-ketawa terus dari awal sampe akhir, eh malah dibikin penasaran karena ada tulisan 'bersambung ke part 2' 😄

    ReplyDelete
  3. Wow langgeng dari TPB sampai nikah alhamdulillah, banyak yang kaya gini ya teh tapi jujur ku tak sanggup (loh?) wkwk. Ditunggu part 2 nya ya tehh, seru saking banyak yg mau diceritain jd sampe buat 2 part gini :D

    ReplyDelete
  4. Waah dari kecil udah dikode buat ke ITB ya teh.. hehe... Bagus deh tulisannya teh... Bikin penasaran :)

    -Rini-

    ReplyDelete
  5. Kok aku sambil ketawa bacanya. Disclaimernya lucu dan kata-kata 'untung jadi nikah, kalau ga gawat'. Sudah jalannya ketemu jodoh ya teh. Alhamdulillah, doa orangtua manjur

    ReplyDelete
  6. 'jodoh yang tampan, pintar, kaya, tapi saya tidak cinta' ini ngaqaq banget teh, seru ih ceritanya saya baca semua loh teh hihihi

    ReplyDelete
  7. Jangan menyepelekan doa orangtua is a highlight,hehe..hampir semua post yang kubaca menuliskan doa orangtua sbg salah satu koentji. Baguss, Restu. Aku baca juga part 2 nya looh, terngikik sendiri,hehe

    ReplyDelete
  8. Dulu sempat tertarik juga dengan Teknik Industri, tapi karena enggak kebayang, enggak jadi deh...
    Seru... Saya udah baca bagian duanya, ternyata ada bagian tiganya :D

    ReplyDelete
  9. Teknik Elektro berubah jadi TI diending, astagaaaa itu 2 jurusan terkece dipertaruhkan di pilihan pertama dan keterima pula, keren buangeeeeet, padahal nothing to loose itu teh ya #keprok #salut

    ReplyDelete
  10. saya setuju pisaan hikmah masuk jurusan tsb untuk dapet jodoh hihi, saya lanjut baca part 2 nya ah

    ReplyDelete
  11. Bener juga teh.. emang udah suratan takdir kuliah di TI jadi dipertemukan deh sama suami.. hehehe.. prinsip orang tua teteh sama aja nih kayak saya, apapun jurusannya yang penting kuliahnya di ITB 😛 salam kenal yaa teh.. saya ichy

    ReplyDelete
  12. kocak ... hihihi. Setuju emang akhirnya jurusan kuliah itu suratan takdir, yaa XD

    ReplyDelete
  13. Rasanya seperti memilih jodoh yang tampan, pintar, kaya, tapi saya tidak cinta #Loh. --> nah bener bgt, material things yg tangible malah kadang gak kena ke hati kita yg unrealistic. bikin penasaran ah teteh kayak drakor! wkwkkw. salam kenal ya ini essa bio 2004.

    ReplyDelete
  14. Teh, seru banget ini ceritanya, kocak, ampe lanjut baca ke bagian 2-nya. Memang jodoh itu misteri ya, akhirnya bertemu TI lagi.

    ReplyDelete
  15. Aku ngakak banget di bagian (Disclaimer: Mungkin tidak berlaku untuk kehidupan nyata) teh ahahahahahahaha. Tapi relate banget juga sama soal jodoh, kayaknya jurusan tuh salah satu peta bertemu jodoh yang Allah berikan yah ahaha. Seneng baca tulisannya teh :) thanks for writing this

    ReplyDelete
  16. Tosss dulu sebagai sesama bobogohan ti jaman tpb sampai akhirnya menikan hihihi... Seru deh ceritanya, restu ❤

    ReplyDelete