Thursday, March 5, 2015

Baca Baca Buku #1

Akhirnya saya memutuskan untuk beli Kindle. Mumpung sedang tinggal di negara yang ada Amazonnya dan biar nggak pusing nanti waktu pulang mindahin buku buku ke Indonesia.

Yah walaupun bagian sedihnya, buku buku yang dibeli cuma bisa tersimpan manis di Kindle, nggak bisa dipajang di rak buku.

Karena mudahnya membeli buku melalui Amazon Kindle dan banyaknya waktu luang yang saya miliki, dalam 6 bulan, jumlah buku yang saya baca sudah melebihi jumlah total  buku yang saya baca dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. 

Mengingat pada tahun 2013, saya cuma menyelesaikan Inferno (Dan Brown) dan Mark of Athena (Rick Riordan), maka pencapaian saya dalam 6 bulan ini bisa dibilang cukup bisa membanggakan. Hehehe!

Rasanya seperti kembali ke jaman sekolah. Ketika saya bisa berjam-jam ndekem di rumah buat baca buku. Sampai sering diomelin Bapak Ibu.

Anyway, saya bagikan sekilas tentang buku-buku yang saya baca (rencananya dalam beberapa postingan). Yah, siapa tau ada yang sedang cari referensi bacaan dan tertarik dengan buku yang sudah saya baca.

Pada setiap akhir tulisan saya akan memberikan nilai untuk setiap buku. Nilai yang saya cantumkan  bukan mengenai seberapa bagus buku tersebut ditulis, karena saya jelas tidak memiliki kompetensi dalam bidang bahasa, tapi mengenai besar rasa suka saya terhadap buku tersebut dalam skala 1-10.  

Untuk urusan jenis buku, pilihan saya cenderung condong ke buku fiksi untuk pembaca young adult dan middle grade. Tapi beberapa waktu belakangan ini saya juga mulai baca buku fiksi yang  agak dewasa. As dewasa as I can be lah :P

Here we go!

1. Miss Peregrine's Home For Peculiar Children & Hollow City (Ransom Riggs)

Awalnya saya penasaran untuk mengikuti serial ini karena buku pertamanya (Miss Peregrine's Home For Peculiar Children) berhasil mengalahkan buku terbaru dari serial Heroes Of Olympus kesukaan saya di daftar New York Times best seller untuk kategori young adult. Bahkan buku pertamanya sampai sekarang masih nangkring di deretan 20 besar, setelah dari tahun 2011 hingga 2014 konsisten ada di 10 besar. Cukup amazing mengingat adaptasi film untuk buku ini, yang by the way disutradarai Tim Burton, baru akan keluar tahun 2016. 

Hal menarik dari buku ini adalah ceritanya ditulis berdasarkan foto-foto tua yang dikoleksi oleh penulisnya dan ditampilin di berbagai penjuru buku. Foto-foto itu semuanya beneran tua dan banyak yang   gambarnya serem. Waktu saya baca buku ini berkali kali saya memandang ke arah hutan depan rumah. Siapa tau ada Hollow yang muncul di antara pephonan. 

Dengan latar belakang dunia nyata di masa lalu dan masa sekarang, buku ini bisa jadi pilihan bacaan petualangan untuk yang bosen baca buku bersetting dystopian. (8/10)

2. Gregor The Overlander Collection (Suzanne Collins)

Sebelum menulis salah satu serial paling fenomenal abad ini, Suzzane Collins sang penulis trilogi Hunger Games, sudah cukup terkenal sebagai penulis buku anak-anak. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah serial Gregor The Overlander. 

Serial ini berkisah tentang seorang anak (gregor) yang berpetualang di dunia somewhere di perut bumi. Karena serial ini memang ditujukan untuk anak-anak usia di bawah 12 tahun, jangan berharap cerita dan setting buku ini serumit Hunger Games, yang segmen pembacanya lebih dewasa. Walaupun sama-sama berisi adegan action yang seru, dibandingkan dengan adegan perang di Hunger Games, adegan perang di buku ini seadem ayem kalau Katniss dan Presiden Snow memilih buat tanding catur instead of lempar-lemparan bom dan tembak tembakan.

Bisa direkomendasikan sebagai alternatif hiburan untuk anak-anak yang mungkin butuh pengalihan perhatian dari serigala serigala ganteng atau elang-elang terbang di televisi. (6/10)

3.  Holes (Louis Sachar)

Karena hobi saya baca buku anak-anak, referensi buku yang saya baca kadang saya dapatkan dari daftar pemenang book awards seperti National Book Award dan Newberry Medal. Haha! bukannya sok gaya, tapi mumpung sedang di luar negeri, dimana akses ke buku-buku terbitan luar negeri lebih terbuka lebar. Kalau di Indonesia sih pilihan buku saya berdasarkan buku yang ada di toko buku saja.  

Holes yang diterbitkan tahun 1997 adalah pemenang National Awards for Young People's Literature tahun 1998 dan Newberry Medal than 1999. Tahun 2003 buku ini diadaptasi ke layar lebar oleh Disney.

Saya belum nonton filmnya.

Tapi saya suka sama bukunya. Aneh, padahal ceritanya "cuma" tentang anak-anak yang dianggap nakal dan dihukum di penjara khusus anak-anak. Setiap hari anak-anak tersebut disuruh menggali lubang sedalam dan selebar sekop yang mereka gunakan, hingga suatu hari dua orang anak memutuskan untuk kabur. Di perjalanan untuk kabur, mereka belajar mengenai ikatan takdir yang dimulai dari pertemuan tak sengaja antara kedua nenek moyang mereka. 

Salah satu buku anak-anak dengan cerita paling absurd, penuh metafora, dan tentu saja dramatis yang pernah saya baca. Dramatis yang menghibur tentu saja (8/10)

4. Coraline (Neil Gaiman)

Dari dulu saya ingin membaca karya-karya Neil Gaiman. Tapi selalu lupa atau tidak kepikiran sampai akhirnya saya teringat film Stardust, yang merupakan salah satu film favorit saya. 

Setelah menimbang-nimbang saya memutuskan untuk membaca Coraline (bukan Caroline) sebagai langkah awal menikmati buku-buku Neil Gaiman. Langkah awal ini didasarkan pada research scientific di internet mengenai tahapan membaca buku Neil Gaiman. Hahaha! Beneran loh ada artikelnya tentang hal ini, saking terkenalnya Neil Gaiman sebagai pendongeng (selain sebagai penulis komik).

Nampaknya pilihan saya sedikit salah. Setelah membaca Coraline, saya sepenuhnya tersadar, saya sudah tidak begitu tertarik dengan buku cerita anak-anak. Coraline ditulis sebagai cerita horor untuk anak-anak (8 tahun ke atas). Di umur saya yang hampir kepala 3, dan sudah mengalami kejadian-kejadian nyata yang lebih menyeramkan (contoh: presentasi di depan klien ibu-ibu yang lagi pms), saya menyadari bahwa saya sudah tidak takut lagi dengan monster bermata kancing dan bermulut resleting. Bahkan jika tiba-tiba monster itu muncul di jendela rumah saya malam ini.

Mungkin seharusnya saya memilih buku karangan Neil Gaiman yang sedikit lebih berat seperti American Gods atau Neverwhere.

Ahniwei, walaupun pengalaman dengan Coraline membuat saya sempat kehilangan minat membaca karangan Neil Gaiman, akan tetapi saya tidak putus harapan untuk menyelami dunianya sekali lagi. Dari hasil googling beberapa waktu lalu, saya dengar buku karangannya yang berjudul The Ocean at The End of Line, yang ditulis sebagai buku orang dewasa, cukup menarik. Yah, mungkin dengan buku baru ini, rendezvous saya dengan Neil Gaiman selanjutnya akan lebih memuaskan. Kita lihat saja nanti. (6/10)

5. The One and Only Ivan (Katherine Applegate)

Sebagai penggemar berat serial Animorphs, tentu saja saya tak akan melewatkan buku karangan Katherine Applegate. Buku pemenang Newberry medal tahun 2013 ini bercerita tentang kehidupan binatang yang hidup di arena pertunjukan di tengah sebuah pusat perbelanjaan. Ditulis dalam sudut pandang Ivan, seekor gorilla yang lembut hatinya, buku ini adalah buku anak-anak tersendu yang pernah saya baca.

Saking sendunya buku ini, saya jadi merasa bersalah pada semua binatang yang terkurung di kandang, termasuk anjing milik empunya rumah di bawah, yang selalu menggonggong tiap kali saya lewat :\. (7/10)

6. The Penderwicks Collection (Jeanne Birdsall)


Membaca serial The Penderwicks mengingatkan saya pada buku-buku karangan Astrid Lindgren (pengarang Pippi Longstocking) atau buku buku Anne of Green Gables. Adem, tentrem, dan apa adanya. 

Keunikan buku ini ada pada campuran antara latar belakang kehidupan modern dengan karakter yang berkelakuan layaknya ada di tahun 40-an. Sukar dipercaya bahwa buku pertama serial ini baru terbit tahun 2005 (buku keempatnya bahkan baru terbit Maret 2015). Kalau melihat gaya berceritanya (penilaian orang awam tentu saja), orang pasti mengira buku ini sama tuanya dengan buku-buku Frances Hodgson Burnett. Penulis A Little Princess dan The Secret Garden. Dua buku favorit saya sepanjang masa.  

Membaca buku ini sama menyegarkannya seperti makan sayur bayam bening yang dimasak tanpa  tambahan MSG atau menikmati gemericik aliran sungai di pinggir sawah. Pilihan bacaan yang menarik untuk yang ingin bernostalgia membaca cerita yang sederhana. Tanpa vampire, tanpa hubungan yang rumit, dan tanpa kebebasan yang berlebihan. 

Karena setelah selesai membaca buku ini yang saya pikirkan adalah betapa berlebihannya beberapa buku populer yang ada sekarang. Oh yes, I'm talking about you Twilight. And you too fifty shades... (8/10)

7. All Four Stars (Tara Dairman)

Buku ini saya beli karena rekomendasi dari Goodreads. Bercerita tentang seorang anak pencinta makanan (foodie) yang suatu hari tanpa sengaja ditunjuk sebagai kritikus makanan untuk sebuah koran ternama. 

Ceritanya cute tapi sayangnya kurang memorable.

Seperti film-film lepas di Disney Channel atau HBO yang puas ditonton sekali saja. Buku ini bisa jadi pilihan ketika tidak ada buku lain yang lebih menarik untuk dibaca. (7/10)    

8. The Absolutely True Diary of a Part Time Indian (Alexie Sherman)

Saya amati buku ini selalu ada di list best young adult books of all time. Tapi bukan hal itu yang membuat saya tertarik membacanya, melainkan karena Rick Riordan (pengarang serial Percy Jackson) menyatakan buku ini adalah salah satu buku favoritnya.

Rick Riordan adalah salah satu penulis favorit saya. Daftar buku bacaannya, yang ditampilkan di blognya dengan tag Rick's Recent Reads adalah salah satu referensi saya dalam memilih buku. 

The absolutely true diary of part time indian berkisah tentang kehidupan seorang remaja native Amerika di sebuah perkampungan Indian di pinggiran Amerika. Dengan segala keterbatasannya, Arnold, tokoh utama dalam buku ini, tetap memiliki impian besar : memiliki kehidupan yang lebih baik. Untuk itu ia memberanikan diri untuk pindah ke sekolah kulit putih. Hal yang tidak terbayangkan akan berani dilakukan oleh seorang anak Indian. Ironis, karena cerita ini terjadi di negara yang selalu menyerukan kebebasan.

Cerita dalam buku ini mengalir diantara hambatan dan tantangan yang harus dilewati Arnold serta tragedi yang harus dihadapinya. Asyiknya, karena bahasa yang dipakai jauh dari tone memelas a la a la narator acara "jika aku menjadi" di TV Indonesia, buku ini bisa membuat pembacanya tertawa bahkan di  bagian cerita yang paling tragis sekalipun. 

Buku yang menarik untuk dibaca. Membuat tersadar bahwa di negara so called adidaya pun, kisah bak cerita orang-orang pinggiran, juga masih banyak bermunculan. Lebih parah malah. Lumayanlah, sebagai referensi pengetahuan sisi lain kehidupan glamor di Amerika. (8.5/10)

9. Eleanor and Park (Rainbow Rowell)
Saya bukan penggemar chick lit atau novel-novel romantis. Pengetahuan saya mengenai chick lit hanya sebatas Bridget Jones Diary dan serial Diary of a Shopaholic. Ah ya, dulu sekali waktu mash SMA saya juga suka baca buku Danielle Steel. Terutama yang ceritanya berlatar belakang kekaisaran Rusia. Tentu saja, saya tidak pernah punya bukunya, cuma minjam di tempat persewaan buku dekat rumah. Dipikir pikir aneh juga ada anak SMA baca buku Danielle Steel. Macem tante-tante aja.

Walaupun tidak mencari buku bergenre romantis, tentu saja bukan berarti saya sama sekali menghindari cerita romantis, beberapa serial favorit saya seperti Princess Diary atau The Sisterhood of The Traveling Pants juga banyak membahas soal cinta cintaan walaupun dengan karakter yang lebih muda daripada karakter di kebanyakan buku chick lit.  

Eleanor dan Park adalah salah satu buku bertema cinta-cintaan yang saya beli setelah sekian lama berkutat dengan cerita bertema petualangan. Saya tertarik dengan buku ini karena reviewnya yang outstanding. Dan ternyata buku ini memang salah satu buku paling menarik yang pernah saya baca. 

Berkisah tentang kisah dua orang remaja Amerika :  Eleanor, cewek nyentrik dengan kehidupan yang abnormal dan Park, cowok Korea Amerika yang selalu merasa terasing despite of being normal-normal aja. Cerita cinta yang disampaikan tidak biasa. Bukan a la Romeo and Juliet, bukan pula a la Twilight. Seperti menonton drama yang membuat ketagihan atau film yang ingin selalu diulang.  

Empat ratus halaman buku ini saya selesaikan hanya dalam waktu dua hari saja. Mengingat attention span saya yang sudah sangat pendek, dua hari adalah waktu yang cukup mengagumkan.  

Satu kekurangan buku ini, walaupun karakternya adalah dua orang anak SMA, akan tetapi saya rasa ceritanya terlalu dewasa untuk anak umur 16 tahun. Jadi saya sih tidak menyarankan untuk memberikan buku ini sebagai kado ke adik-adik atau ponakan yang masih duduk di bangku SMA.

Tentu saja, buku ini tidak terlepas dari keahlian penciptanya. Tanpa cara penulisan yang apik dan ide alur cerita yang brillian, buku ini hanya akan jadi buku cerita cinta biasa saja. Oleh karena itu Rainbow Rowell langsung melesat masuk ke jajaran teratas penulis favorit saya. Bahkan, saking terkesannya, begitu selesai membaca buku ini saya langsung beli semua buku karangannya.

Saya sudah rekomendasikan buku ini ke dua orang teman. Mereka belum memberitahu pendapat mereka tentang buku ini. Semoga saja mereka menyukai buku ini sama seperti saya (9/10)

3 comments:

  1. Waaa Restu..banyak juga bacaan terakhirnya, bisa buat referensi bacaan gw berikutnya nih.
    Gw suka Eleanor&Park, bikin penasaran bak hiburan sinetron di sela2 nidurin bayi :-)..pas baca ini jadi semangat nidurin bayi buat tau kelanjutan drama El&Park ini.

    ReplyDelete
  2. mantaf tu...
    belum pernah baca semuanya...
    oke..noted deh...

    ReplyDelete
  3. @Nanda : hahaha! emang macem sinetron buku bukunya Raiblow Rowell ini. Ayo beli Kindle biar lebih gampang baca... :P
    @Ennyra : Selamat membaca :D

    ReplyDelete